Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam
pengembangan riset dan jejaring internasional dengan sukses
menyelenggarakan The 3rd International Conference on Science and Islamic
Studies (ICOSSIS) 2025. Konferensi bergengsi ini digelar secara hybrid di
Hotel Mercure & Convention Makassar pada Senin (15/12/2025).
Di bawah koordinasi penuh
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, perhelatan ilmiah tahun ini mengusung tema
relevan global: "Epistemology, Eco-Theology, and Artificial
Intelligence: Shaping Sustainable Civilization from an Islamic
Perspective."
Ketua Panitia ICOSIS 2025, yang juga
merupakan Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar, Dr. Sitti Raodhah, SKM., M.Kes., menyampaikan
laporan yang membanggakan mengenai antusiasme peserta.
“Kami sangat berbangga melaporkan
bahwa konferensi ini mendapat sambutan luar biasa. Total 168
peserta hadir, baik secara luring di Hotel Mercure maupun secara daring
melalui platform virtual. Keberagaman peserta dari berbagai latar belakang
akademik dan negara ini benar-benar mencerminkan semangat internasional ICOSIS
dan komitmen kami dalam membangun jejaring keilmuan lintas negara,” ujar Dr.
Sitti Raodhah dalam sambutannya.
ICOSSIS 2025 memperkuat posisi UIN
Alauddin sebagai pusat studi Islam dan sains dengan menghadirkan narasumber
internasional dari Inggris, Malaysia, Pakistan, Jerman, dan Indonesia.
Lebih lanjut, Dr. Sitti Raodhah menjelaskan bahwa konferensi ini dirancang
sebagai forum krusial untuk mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, dan
mahasiswa untuk mendorong diskusi kritis serta memperkuat kolaborasi riset.
Beliau
secara khusus menekankan pentingnya integrasi tiga elemen utama dalam tema
konferensi:
- Epistemologi Islam: Sebagai landasan nilai dan dasar keilmuan yang kuat.
- Ekoteologi: Sejalan dengan program prioritas Kementerian Agama,
menekankan pelestarian lingkungan melalui pendekatan keagamaan untuk
landasan moral yang kuat.
- Kecerdasan Buatan (AI): Sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban modern,
yang penggunaannya wajib berada dalam koridor etika.
“Yang
paling penting adalah perpaduan antara epistemologi, ekoteologi, dan artificial
intelligence. Ketiganya tidak bisa dipisahkan,” tegasnya.
Menurut
Dr. Sitti Raodhah, integrasi antara epistemologi Islam dan ekoteologi menjadi pendamping
moral yang esensial agar perkembangan AI tidak melanggar batas-batas etika.
“Kami
sangat meyakini bahwa pertukaran pengetahuan dalam forum ini akan memperkaya
wawasan akademik dan menginspirasi lahirnya penelitian-penelitian transformatif
di masa mendatang, terutama yang berfokus pada pembangunan peradaban Islam yang
berkelanjutan dan beretika,” pungkasnya.
Keberhasilan
ICOSIS 2025 ini semakin menegaskan peran Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga
memiliki kesadaran terhadap isu-isu global dan etika Islam.

