Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Sukses Gelar The 3rd ICOSIS 2025: Integrasikan Epistemologi, Ekoteologi, dan AI untuk Peradaban Berkelanjutan

  • 16 Desember 2025
  • 12:40 WITA
  • Faqih Zulfikar, S.Kom.
  • Berita

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan riset dan jejaring internasional dengan sukses menyelenggarakan The 3rd International Conference on Science and Islamic Studies (ICOSSIS) 2025. Konferensi bergengsi ini digelar secara hybrid di Hotel Mercure & Convention Makassar pada Senin (15/12/2025).

Di bawah koordinasi penuh Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, perhelatan ilmiah tahun ini mengusung tema relevan global: "Epistemology, Eco-Theology, and Artificial Intelligence: Shaping Sustainable Civilization from an Islamic Perspective."

Ketua Panitia ICOSIS 2025, yang juga merupakan Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Dr. Sitti Raodhah, SKM., M.Kes., menyampaikan laporan yang membanggakan mengenai antusiasme peserta.

“Kami sangat berbangga melaporkan bahwa konferensi ini mendapat sambutan luar biasa. Total 168 peserta hadir, baik secara luring di Hotel Mercure maupun secara daring melalui platform virtual. Keberagaman peserta dari berbagai latar belakang akademik dan negara ini benar-benar mencerminkan semangat internasional ICOSIS dan komitmen kami dalam membangun jejaring keilmuan lintas negara,” ujar Dr. Sitti Raodhah dalam sambutannya.

ICOSSIS 2025 memperkuat posisi UIN Alauddin sebagai pusat studi Islam dan sains dengan menghadirkan narasumber internasional dari Inggris, Malaysia, Pakistan, Jerman, dan Indonesia.
Lebih lanjut, Dr. Sitti Raodhah menjelaskan bahwa konferensi ini dirancang sebagai forum krusial untuk mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa untuk mendorong diskusi kritis serta memperkuat kolaborasi riset.

Beliau secara khusus menekankan pentingnya integrasi tiga elemen utama dalam tema konferensi:

  1. Epistemologi Islam: Sebagai landasan nilai dan dasar keilmuan yang kuat.
  2. Ekoteologi: Sejalan dengan program prioritas Kementerian Agama, menekankan pelestarian lingkungan melalui pendekatan keagamaan untuk landasan moral yang kuat.
  3. Kecerdasan Buatan (AI): Sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban modern, yang penggunaannya wajib berada dalam koridor etika.

“Yang paling penting adalah perpaduan antara epistemologi, ekoteologi, dan artificial intelligence. Ketiganya tidak bisa dipisahkan,” tegasnya.

Menurut Dr. Sitti Raodhah, integrasi antara epistemologi Islam dan ekoteologi menjadi pendamping moral yang esensial agar perkembangan AI tidak melanggar batas-batas etika.

“Kami sangat meyakini bahwa pertukaran pengetahuan dalam forum ini akan memperkaya wawasan akademik dan menginspirasi lahirnya penelitian-penelitian transformatif di masa mendatang, terutama yang berfokus pada pembangunan peradaban Islam yang berkelanjutan dan beretika,” pungkasnya.

Keberhasilan ICOSIS 2025 ini semakin menegaskan peran Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran terhadap isu-isu global dan etika Islam.